Sabtu, 14 Maret 2009

TAKDIR DAPAT DIRUBAH?

Sesungguhnya Allah Maha Adil. Tidak satupun yang Ia ciptakan sis-sia. Termasuk di dalamnya sikap Allah terhadap semua makhluknya sangatlah adil. Hal ini juga berlaku bagi makhlukNya yang berlabel manusia. Namun terkadang manusia sering salah dalam menterjemahkan firman-firman Allah. Sehingga, sikap manusia demikian nista dan hina serta berburuk sangka kepada sang penciptanya. Sikap adil Allah kepada manusia, sering tidak diikuti dengan sikap adil manusia itu sendiri. Bahkan cenderung memilih sikap uephoria, pongah, takabur, dan menzalimi dirinya sendiri. Manusia sering mengklaim bahwa takdir adalah otoritas Allah dan sebagai God's Decission yang tak mungkin dirubah, selain pasrah dan welcome terhadap takdir ini. Padahal, kalau kita telusuri baik firman Allah dan hadist Rasulullah secara eksplisit mensitir bahwa Allah telah menakdirkan sesuatu kepada hamba-Nya kecuali 3 perkara; yaitu maut, rizki dan jodoh. Tiga hal inipun dipahami secara berlebihan sehingga manusia semakin kental dengan sikap pasrah dan nrimonya. Padahal, sesungguhnya takdir itu ada di tangan manusia, bukan taken for granted dari Allah secara mutlak.
Maut itu pasti datang menghampiri setiap makhluk-Nya yang bernyawa. Namun bagaimana dia mati, kapan dia mati, dan mengapa dia mati adalah otoritas manusia. Rizki, memang Allah menjamin rizki standar hambanya, seperti; makan secukupnya untuk sekedar bertahan hidup, pakaian alakadarnya, dan tempat sekedar untuk bernaung, fasilitas-fasilitas ini telah Allah sediakan di hamparan bumi ini. Namun, bila manusia menginginkan makanan yang enak, bergizi dan banyak, tentunya manusian harus berupaya dengan segenap akal pikiran yang telah Allah berikan. Begitu juga, bila manusia menghendaki pakaian yang indah, mewah dan beraneka ragam, di sini pula manusia harus menggunakan akal pikirannya untu mendapatkannya. Demikian pula, bila manusia menginginkan rumah sebagai kebanggaan dan kemewahan, maka manusia harus pula berupaya untuk mewujudkannya. Mengenai jodoh, Allah menetapkan bahwa setiap makhluk-Nya berpasang-pasangan. Namun untuk mendapatkan jodoh yang ideal, cantik, pintar, kaya dan sholihah/sholeh tentu manusia harus berupaya dengan olah pikirnya untuk mendapatkannya. Di sinilah letak otoritas manusia untuk merubah takdir/nasibnya. Bukankah Allah telah menyatakan bahwa Ia (Alllah) tidak akan pernah merubah nasib hamba-Nya selagi manusia tidak berikhtiar untuk merubah nasibnya sendiri.