Senin, 09 April 2012

10 Hukum dalam Disiplin Ke-lima


10 Hukum dalam Disiplin Ke-5
PETER M. SENGE

1.      Masalah hari ini besumber dari solusi kemarin
Kita sering dibuat bingung untuk mencari tahu penyebab dari sebuah masalah, padahal sebenrnya kita hanya perlu melihat kembali solusi yang pernah kita gunakan untuk beberapa masalah masa lalu. Solusi terkadang hanya berpindah dari satu masalah ke masalah lainnya. Orang yang mampu menyelesaikan masalah yang pertama, biasanya masalah yang sama akan muncul kembali pada masalah yang baru.
Masalah memang datang silih berganti. Suatu masalah belum terselesaikan terkadang datang masalah yang baru yang tidak terduga. Dalam kindisi panic, biasanya seseorang tidak mampu berfikir jernih. Dengan kondisi ini, orang sering lupa akan apa yang pernah dilakukan di masa lampau. Masalah yang dihadapi hari ini terkadang pernah kita hadapi di masa lalu. Sehingga, solusi yang pernah gunakan untuk mnyelesaikan masalah masa lalu, sebenarnya dapat juga digunakan untuk menyelasiakan masalah yang sedang dihadapi saat ini. Oleh karma itu, kita jangan pernah melupakan masalah masa lalu. Sebab, di samping masalah masalah lalu dapat dijadikan sebagai pelajaran berharga, masalah masa lalu biasanya sering terulang kembali di masa yang akan datang. Demikian pula solusi yang pernah kita gunakan di masalah masa lalu, biasanya masih relevan dengan penyelesaian masalah yang kita hadapi di masa yang akan datang. Sebagai contoh; Seorang pimpinan organisasi menghadapi masalah kesulitan dalam mengarahkan stafnya, namun dia mampu menyelesaikan masalah ini dengan baik. Suatu ketika pemimpin tersebut memimpin organsiasi yang berbeda namun menghadapi masalah yang sama. Maka solusi yang pernah diterapkan untuk menyelesaikan masalah pada organisasi terdahulu, dapat pula diterapkan untuk menyelesaikan masalah pada organisasi barunya.

2.      Semakin keras anda mendorong, semakin keras anda terdorong
Seorang petani yang rajin, tekun, dan selalu bekerja keras dan penuh semangat. Karena kerja kerasnya, ia menjadi seorang petani yang sukses. Dengan kesuskesannya, ia berhasil memperluas lahan dan meningkatkan hasil produksi pertaniannya. Dengan semakin luas lahan dan upaya untuk meningkat produktivas hasil pertanian, maka semakin menuntut petani untuk lebih bekerja keras dan berfikir keras. Atau seorang mahasiswa yang bekerja keras dan belajar sungguh-sungguh untuk menekuni suatu disiplin limu. Maka, semakin keras ia belajar akan semakin banyak ilmu yang perlu ia pelajari. Dengan demikian, akan menuntut ia untuk bekerja dan belajar lebih keras dan lebih tekun lagi. Hukum kedua ini mengisyaratkan bahwa semakin keras kita bekerja, maka akan semakin banyak tantangan atau pekerjaan yang harus kita tangani.Oleh kaenanya,  semakin sukses seorang pemimpin, maka akan semakin berat tantangannya.  Misalnya, Seorang yang sukses memmpin sebuah organisai, maka tidak menutup kemungkinan ia akan dipromosikan pada jabatan yang lebih tinggi. Dengan jabatan yang lebih tinggi, maka tanggungjawab dan tantangan akan semakin tinggi pula. Untuk itu seorang pemimpin harus kreatif menemukan ide-ide baru dan selalu mengup-date knowledge yang dimilikinya.
                                                                                                                             

3.      Prilaku tumbuh menjadi lebih baik, sebelum prilaku lebih jelek timbul
Banyak yang saat ini berprilaku baik. Namun di kemudian hari ia mungkin berprilaku lebih buruk daripada apa yang dilakukan saat ini. Seorang pejabat publik, hari mengambil keputusan yang baik dan bermanfaat bagi masyarkatnya. Namun, karena intervensi berbagai kepentingan, mungkin di saat yang berbeda dia mengambil keputusan yang kontra-produktif. Hal ini umum dilakukan oleh seseorang. Baik sebagai pemimpin organisasi, partai politik, atau dalam kawasan yang luas pemimpin sebuah Negara. Teori hukum ketiga ini menggambarkan bahwa perilaku seseorang dapat berubah-ubah setiap saat. Bisa saja saat ini berprilaku lebih baik, namun di saat yang lain dia dapat saja berprilaku lebih buruk. Contohnya: Seorang presiden, saat ini ia tidak menaikkan harga BBM, hal ini tentu saja baik menurut pandangan sebagian masyarakat karena dapat meringankan beban masyarakat. Namun, tidak menutup kemungkinan suatu ketika BBM akan dinaikkan oleh sang presiden dengan pertimbangan penyelamatan ekonomi nasional. Keputusan terakhir yang diambil oleh presiden tersebut sangatn kontra-produktif dengan keputusan sebelumnya.

4.      Jalan keluar yang mudah, biasanya mengarah kepada jalan kembali
Setiap akan merasa nyaman bila mengenali masalah-masalah yang dihadapinya dan memecahkan masalah tersebut dengan mudah dan sederhana, karena kita mengetahui apa yang terbaik yang seharusnya kita lakukan.  Terkadang orang begitu mudah menyelesaikan masalah-maslah yang sulit. Namun, kesulitan menemukan jalan keluar untuk memecahkan masalah-masalah sederhana. Untuk itu, cara berfikir sederhana diperlukan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Seringkali terjadi seseorang memperumit masalah-masalah yang sederhana atau bahkan banyak orang yang menyederhanakan hal-hal yang paling sulit sekalipun. Sebagai contoh; seseorang enggan menjadi pemimpin dari sebuah organisasi, karena membayangkan begitu rumit dan sulitnya mengelola sebuah organisasi. Mulai dari mengelola karyawan, keuangan, sampai dengan mengekspose organisasi ke luar. Padahal sebenarnya, mengelola sebuah organisasi tidah sesulit yang ia bayangkan. Namun, karena sejak awal ia telah berfikir sulit, maka dia tidak akan mampu berfikir kritis dan kreatif. Sementara, ada orang yang selalu sukses dalam memimpin sebuah oraganisasi. Karena, ia berfikir sederhana dan menyederhanakan hal-hal yang mungkin sulit. Oleh karena itu, berfikir kompleks tidak selalu dibutuhkan dalam memimpin sebuah organisasi. Bahkan, berfikir sederhana akan sangat membantu mengatasi hal-hal yang rumit dan sulit.

5.      Obat bisa jadi lebih buruk daripada penyakitnya
Seorang alkoholisme, yang pada awalnya meminum alcohol karena untuk pergaulan, atau meningkatkan rasa percaya diri, atau untuk mengatasi stress dengan minum alcohol. Untuk jangka pendek, mungkin alcohol merupakan obat yang tepat untuk mengatasi masalahnya. Namun untuk jangka panjang, karena kecanduan alcohol, dapat menimbulkan penyakit dan penderitaan yang lebih parah. Berdasarkan ilustrasi di atas, dapat disimpulkan bahwa penyakit sederhana seperti rasa percaya diri, stress ringan ataupun demi pergaulan dapat diatas dengan terapi kejiwaan. Namun, karena cara berfikir pragmatis dan praktis, seseorang terkadang menempuh jalan pintas. Di mana sesungguhnya, jalan pintas atau obat yang digunakan dapat menimbulkan penyakita lain yang lebih parah. Oleh karena itu, obat  yang digunkan bagi suatu penyakit bias jadi lebih berbahaya daripada penyakit yang diobatinya.

6.      Percepatan adalah perlambatan
Setiap organisasi memiliki masa keemasan atau kejayaan pada masa tertentu. Namun, pada hakikatnya setelah mencapai puncak kejayaan, maka akan datang masa redup dan masa kemunduran. Setiap pemimpin organisasi ingin mencapai puncak kejayaan secepat-cepatnya dalam upaya menciptakan prestasi yang sebaik-baiknya. Usaha yang dilakukan seorang pemimpin tersebut adalah usaha percepatan. Namun pada hakikatnya, usaha percepatan tersebut sesungguhnya adalah perlambatan dalam sebuah organisasi. Karena sesungguhnya, semakin cepat mencapai puncak kejayaan, maka akan semakin cepat menuju kepada perlambatan.

7.      Sebab dan akibat tidak terkait dengan waktu dan ruang
Banyak orang menganggap bahwa terjadinya sesuatu karena diakibatkan oleh sesuatu yang terjadi pada waktu dan tempat tertentu. Misalnya, penyalahgunaan narkotika,  pengangguran,  terjadi kelaparan, atau merosotnya penjualan. Hal ini menurut Peter M. Senge, gejala tersebut terjadi tidak terkait dengan ruamg dan waktu. Sebab. fenomena penyalahgunaan narkotika, kelaparan, pengangguran itu adalah fenomena yang terjadi di setiap negara dan dari waktu ke waktu selalu ada

8.      Perubahan kecil dan menimbulkan hasil yang besar, tetapi wilayah tertinggi sering kurang jelas
Mengahadapi suatu masalah, sering kali sulit untuk menemukan penyebab utamanya. Suatu masalah yang sulit tentu ada penyebabnya. Namun terkadang orang sering berkutat dengan persoalan mencari penyebab utamanya yang terkadang semakin dicari maka akan semakin sulit menemukannya. Padahal, dengan usaha yang minimal terkadang mampu mengatasi kesulitan yang paling kompleks sekalipun. Penyebab utama suatu masalah, semakin kompleks maka akan semakin sulit ditemukan sehingga terkadang penyebab masalah semakin tidak jelas. Sebagai contoh; seorang pimpinan perguruan tinggi menghadapi mahasiswanya yang setiap hari melakukan aksi demonstrasi di depan rektorat untuk menuntut sang rektor agar transparasi anggaran kemahasiswaan. Sang rektor bingung dan pusing untuk menemukan siapa provokator dan yang membocorkan alaokasi anggaran si perguruan tinggi yang ia pimpin. Semakin banyak orang yang ditanya tentang provokator, semakin rector dibuat bingung dan pusing karena informasi yang diharapkan tidak kunjung ditemukan. Suatu hari, sang rektor mencoba mengunjungi seluruh secretariat unit kegiatan mahasiswa. Dengan dialog dan ngombrol ringan sang rector dengan beberapa mahasiswa yang ada di setiap secretariat, keesokan harinya dan seterusnya tidak ada lagi demonstrasi di depan kantor rektorat. Berdasarkan peristiwa di atas, dapat dipahami bahwa kurangnya komunikasi adalah penyebab utama terjadi aksi demonstrasi mahasiswa. Dengan tersumbatnya saluran komunikasi antara mahasiswa dan rector, menimbulkan saling curiga, saling tidak percaya,dan saling tidak menghargai yang pada akhirnya terjadi aksi demonstrasi yang merugikan semua pihak.


9.      Anda dapat memiliki dan memakan kuemu, atau mungkin tidak sama sekali
Pimpinan sebuah perusahaan, bekerja keras dan berfikir keras untuk mengembangkan perusahaannya. Berbagai upaya telah dilakukan, seperti; menambah biaya produksi, meningkatkan biaya promosi, merekrut karyawan dan sebagainya dengan harapan produksi meningkat, penjualan meningkat dan pada akhirnya meningkatkan keuntungan perusahaan. Namun upaya sang pimpinan tidak meningkat keuntungan perusahaan, bahkan sebaliknya perusahaan semaking hari, semakin merugi yang pada akhirnya bangkrut.   Kegagalan sang pimpinan dalam memajukan perusahaan ternyata bukan disebabkan hal-hal yang bersifat materi semata. Namun, ada hal lain yang kurang mendapatkan perhatian sang pimpinan yaitu tidak satu visi antara pimpinan dan staf direksi serta para karyawan dalam memajukan perusahaan yang ia pimpin. Di mana sang pimpinan menginginkan perusahaan mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya, sementara staf direksi dan para karyawan berorientasi bagaiman bekerja dan mendapatkan gaji sebesar-besarnya. Tidak satu visinya antara pimpinan dan bawahan menyebabkan tidak terjadinya sinergisitas di lingkungan perusahaan. Sehingga arah untuk mengembangkan dan memajukan perusahaan tidak jelas dan sulit dicapai.

10.  Membelah dua seekor gajah besar, tidak menghasilkan dua ekor gajah kecil
       Melihat gajah secara  keseluruhan tidak berarti dapat memahami seekor gajah secara utuh. Demikian pula dalam memandang sebuah organisasi, seorang pimpinan organisasi tidak akan mampu mengelola sebuah organisasi dengan dengan baik tanpa memahami bagian-bagian terkecil dari perusahaan tersebut. Dengan memberdayakan dan memfungsikan komponen kecil namun penting dalam sebuah perusahaan, maka masing-masing komponen tersebut akan berfungsi dan bekerja maksimal yang pada akhirnya tujuan atau visi organisasi tersebut akan tercapai. Dalam hal ini fungsi komunikasi dan interaksi antar komponen organisasi akan sangat membantu dalam mengelola sebuah organisasi. Membelah dua seekor gajah besar, tidak akan mengahsillkan dua ekor gajah kecil. Berdasarkan ungkapan tersebut  dapat dipahami bahwa tidak selamanya apa yang kita ketahui secara teoritis dapat diaplikasi secara praktis. Sebuah teori adalah merupakan arah atau pedoman dalam mengelolan sebuah organisasi, namun dalam prakteknya seorang pimpinan organisasi harus mampu mencipatakan ide-ide kreatif dan inovasi, serta pengembangan dari teori-teori yang dipahami
.

Senin, 02 April 2012

Si Burung Besi yang Gagal

Si Burung Besi Yang Gagal
Oleh : Zuhaeri , Kuryani, Rustam Effendi
Kelompok  III

 Adam Air Runtuh
Hampir dua bulan ini sejumlah burung besi yang didominasi warna oranye dan berlogo manusia bersayap yang tengah siap terbang itu tidak menyambangi langit biru yang menjadi rute penerbangannya. Ya, sejak 19 Maret 2008 pesawat Adam Air memang tidak mengangkasa, akibat dibekukan izin terbangnya (operation specification). Selain itu, karena banyaknya persoalan yang kini masih dalam penyidikan hukum, Adam Air tinggal mengantongi tiket Airline Operating Certificate (Izin Operasional Terbang) yang terancam akan dicabut jika tiga bulan mendatang belum ada perbaikan atas masalah yang terjadi.
Berdasarkan data Direktorat Angkatan Udara, tahun 2004 penumpang domestik Adam Air yang menggunakan lima armada sebanyak 484.754 orang. Tahun 2005, dengan didukung 15 armada, junmlah penumpang naik lagi: domestik 2.324.996 orang dan internasional 106.423 orang. Pada 2006, jumlah penumpang dalam negeri tercatat 4.873.753 orang dan kargo domestik 16.622 ton. Lalu, tahun 2007 boleh dibilang puncak pertumbuhan Adam Air selama lima tahun terakhir. Jumlah penumpang domestik 6.252.373 orang dan internasional 120.618 orang, dengan armada 22 pesawat.
"Pengadilan mengabulkan permohonan pemohon bahwa PT Adam Sky Connection pailit dengan segala akibat hukumnya," kata Hakim Ketua Makassau SH di di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat,
Senin (9/6).

Keputusan persidangan yang memailitkan AdamAir ini berdasarkan pertimbangan PT Adam Air Sky Connection terbukti memiliki utang yang harus dibayarkan pada lebih dari dua kreditor
sesuai dengan pasal 2 ayat 1 UU No 37 Tanhun 2004 tentang kepailitan.

"Terbukti bahwa termohon (adam air) memiliki dua atau lebih kreditur telah mempunyai utang yang telah jatuh tempo yang dapat ditagih seperti disyaratkan pasal 2 ayat 1 UU No 37 tahun 2004, tentang kepailitan," kata hakim.

Uutang AdamAir terbukti pada CV Cici sebagai pemohon dalam transaksi utang piutang kontrak kerjasama antar jemput kru pesawat yakni pilot co pilot, pramugara dan pramugari terhitung tanggal 10 September 2007 sampai 10 September 2008.

Dalam jangka waktu tersebut PT Adam Sky Connection belum membayar sepeser pun hingga dicabutnya Operation Spesification (OS) pada 19 Maret 2008. PT Adam Air memiliki utang yang harus dibayarkan kepada CV Cici sebesar Rp 29.000.375 hingga 19 Maret 2008.

"Telah terdapat fakta atau keadaan yang telah terbukti secara sederhana bahwa persyaratan
termohon untuk dinyatakan pailit terpenuhi, sehingga permohonan pailit di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat yang menyatakan termohon pailit dalam keadaan pailit dengan segala akibat hukumnya telah memenuhi pasal 2 ayat 1 No 37 tahun 2004 Jo Pasal 8 ayat 4 UU No 37 tahin 2004," kata Makassau.

Dalam persidangan, AdamAir terbukti tidak hanya memiliki utang pada CV Cici saja, tapi juga 6 Kreditur lainnya yakni Toko Bintang Baru, PT Global, PT Jaya Makmur, PT Mapati, Pandawa Oto, dan Wijaya Motor diwakili oleh kuasa hukum Lukman Arifin.

Sedangkan total nilai kewajiban AdamAir kepada 7 kreditor sebesar Rp 300 juta. Sebagai konsekuensi keputusan bersasarkan pasal 15 ayat 1 UU 37 tahun 2008, keputusan pailit ini, PN Jakpus menunjuk dua kurator yakni Gunawan Widyaatmaja dan Anthony Prawira dan hakim pengawal yang ditunjuk PN Jakpus yakni Renolisto SH. Kurator akan segera menginventarisir hutang dan aset-aset AdamAir untuk diadakan pelelangan PT Adam Air juga dibebankan membayar biaya persidangan sebesar Rp 5 juta.

Sedangkan untuk adendum yang timbul setelah perjanjian utang AdamAir dengan CV Cici yang timbul atas perjanjian kerjasama 1 April hingga 10 September 2008 sebesar Rp 60 juta, tidak busa dibayarkan karena terbukti adendum tersebut tidak sah. Karena yang menandatangani surat perjanjian itu Nasrullah yang bukan direksi atau tidak memiliki kuasa direksi.

Hakim juga mengakui bahwa AdamAir juga memiliki hutang kepada 6 kreditur lainnya. "Nominalnya dinyatakan setelah adanya keputusan final kepailitan AdamAir," katanya.

Sementara itu, kuasa hukum pemohon (CV Cici) Lukman Arifin SH mengaku puas dengan hasil keputusan hakim, "Mudah-mudahan pengacara tidak mengajukan kasasi," katanya. Sedangkan kuasa hukum Adam Air Denny Ponto tidak bisa dimintai keterangan dan langsung
meninggalkan ruang sidang.

Dibalik Runtuhnya Adam Air
  Kebutuhan masyarakat akan sandang, pangan, dan papan mendorong setiap individu untuk lihai dalam mencari atau menghasilkan uang demi kelangsungan hidupnya. Maka tak heran kalau dewasa ini masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di wilayah Jakarta dan sekitarnya, banyak dari mereka yang disebut business man/woman. Terlepas dari definisi aslinya, banyak orang memandang mereka sebagai individu yang gemar berusaha mencari uang setiap harinya.
Namun, kebutuhan akan mobilitas tinggi tak hanya milik masyarakat berekonomi mapan.Dewasa ini, nyaris setiap lapisan masyarakat memiliki kebutuhan yang sama. Hal ini lah yang dengan jeli ditangkap oleh beberapa perusahaan penerbangan yang ada di Indonesia.
Demi menjadi market leader, strategi pun lagi-lagi berevolusi. Saat ini beberapa perusahaan penerbangan menerapkan strategi Low Cost Carrier”, yaitu jasa penerbangan dengan biaya murah atau sangat murah untuk dapat mengakomodasi setiap orang dari berbagai kalangan.
Adam Air merupakan salah satu di antara perusahaan penerbangan yang ada di Indonesia dan menerapkan “Low Cost Carrier”. Perusahaan bernama lengkap Adam SkyConnection Airlines ini didirikan pada tanggal 22 November 2002 oleh Didirikan oleh Agung Laksono dan Sandra Ang. Selain kedua nama tersebut, duduk Adam Adhitya Suherman sebagai presiden director dan Gunawan Suherman sebagai CEO. Adam Air memiliki 24 pesawat Boeing 737 yang disewa (leasing) dari GE Capital Aviation Services dan melayani 30 rute domestik dan dua rute internasional. Dengan kemampuan menampung rata-rata 15.000 penumpang per hari dalam 73 kali penerbangan dan tingkat book rate 90%, membawa Adam Air memperoleh penghargaan Award of Merit untuk kategori Low Cost Airline of the Year 2006.
Sayang, nama besar Adam Air tinggal menjadi sejarah. Setiap penghargaan dan kejayaan yang pernah diperoleh saat ini hanyalah kenangan semata. Adam Air gulung tikar pada tanggal 20 Maret 2008. Pertanyaan-pertanyaan pun muncul dan berkemang. Faktor-faktor apa yang menjadi penyebab Adam Air bangkrut? Kasus Adam Air ini lah yang menjadi topik dalam Komunikasi Ilmiah yang diadakan pada tanggal 28 April 2008 lalu.
Isu-isu mengenai ketidakterampilan pilot Adam Air dalam mengemudikan pesawat mengindikasikan adanya proses rekrutmen yang buruk dan kurangnya pelatihan yang diberikan dari pihak Adam Air. Selain itu, terdapat kontrak kerja yang tidak jelas antara para pegawai dan pihak manajemen. Korupsi pun menjadi salah satu isu penting dalam runtuhnya Adam Air ini. Kasus-kasus korupsi yang terdapat pada Adam Air diantaranya korupsi BBM, audit tidak transparan, bukti-bukti pembelian suku cadang yang mahal namun tidak berkualitas baik dan adanya penipuan pada laporan kewajiban pajak.
Belajar dari Organisasi Adam Air
Dinamika yang terjadi di dunia kita saat ini berlangsung semakin cepat, bahkan senantiasa dipercepat. Sedemikian cepatnya perubahan itu terjadi sehingga kita tidak akan menemukan sesuatu hal yang bisa dikatakan abadi di dunia ini. Tidak hanya orang, barang dan produkpun demikian cepat datang dan pergi. Bahkan bisa dikatakan muncul di pagi hari dan punah di sore hari. Di Indonesia pernah ada Maskapai ADAM AIR yang cepat melesat naik di dunia penerbangan Indonesia, sampai dianggap pesaing Garuda yang terkuat, namun secepat naiknya, secepat itulah ADAM AIR ditelan bumi setelah beberapa kecelakaan beruntun dan kenaikan BBM meruntuhkan model bisnis ADAM AIR.
Bagaimana sebuah organisasi bisa menghindari nasib seperti ADAM AIR? kata klisenya ada belajar. Organisasi yang paling mampu bertahan menghadapi berbagai tantangan adalah organisasi yang mampu belajar. Belajar dari lingkungan, belajar dari dirinya sendiri, dan belajar mencari cara baru untuk bertahan hidup. Klise memang, karena belajar tidaklah mudah apalagi bagi sebuah organisasi yang di dalamnya terdapat banyak orang dan kepribadian. Apalagi ketika organisasi dituntut untuk senantiasa berubah.

Bagaimana Mendefinisikan Organisasi yang Belajar?

Organisasi pembelajar adalah istilah untuk sebuah organisasi yang memfasilitasi pembelajaran anggotanya dan terus mengubah sendiri. Organisasi pembelajar berkembang sebagai akibat dari tekanan yang dihadapi organisasi modern dan memungkinkan mereka untuk tetap kompetitif dalam lingkungan bisnis Seorang pakar pembelajaran, Peter Senge, mengatakan bahwa Sebuah organisasi belajar memiliki lima fitur utama, cara berpikir menurut sistem, kecakapan pribadi anggotanya, model mental yang sesuai dengan tuntutan lingkungan, visi yang dipahami dengan baik oleh semua anggota organisasi dan tim yang cepat dan selalu belajar kelima unsur ini di dalam sebuah organisasi pembelajar akan melekat sebagai budaya yang secara alami diserap anggota baru dan membantunya menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.

Bagaimana Organisasi Belajar?

Sebuah konsensus dari para ahli manajemen dan ahli pembelajaran organisasi menyebutkan 2 pola belajar yang dilakukan oleh organisasi:
Cara pertama adalah adaptive learning yaitu sebuah proses pembelajaran yang bertingkat dari yang paling mudah kepada yang tingkat kesulitannya semakin tinggi. Pembelajar disini akan menyesuaikan diri secara bertahap terhadap tingkat kesulitan yang dihadapinya. AdaptifLearning berkaitan dengan rasionalitas, reaksi untuk bertahan, pilihan yang terbatas, dan keputusasaan. Kebanyakan pembelajaran ini terfokus pada hal yang mungkin merupakan pengulangan belaka dari perilaku masa lalu. Namun demikian Peter Senge berpendapat bahwa kemampuan beradaptasi hanyalah tahapan awal dari organisasi pembelajar.
Sedangkan di tahapan yang lebih maju seharusnya organisasi dapat melakukan Generative Learning. Generatif Learning mengacu pada perubahan model mental, paradigma atau pengetahuan. Pembelajaran generatif, tidak seperti belajar adaptif, memerlukan cara-cara baru melihat dunia. Oleh karena itu organisasi yang berhasil adalah lebih berfokus pada generative learning yang “menciptakan sesuatu” dibandingkan dengan adaptive learning yang lebih bersifat “mengatasi sesuatu”.

Mengapa Sulit Menjadi Organisasi Pembelajar?

Bahkan di dalam Organisasi pembelajar, dapat muncul beberapa masalah yang mungkin menghambat proses belajar atau menyebabkan kemunduran. Sebagian besar masalah timbul dari Organisasi yang tidak sepenuhnya merangkul semua aspek yang diperlukan dalam Organisasi Pembelajar. Jika masalah ini dapat diidentifikasi, maka langkah perbaikan bisa dilakukan.
Beberapa organisasi dapat menemukan sulit untuk merangkul anggota-anggota organisasi untuk mengadopsi konsep ini. Hal ini dikarenakan penguasaan konsep organisasi pembelajar yang intangible dan manfaatnya tidak dapat dikuantifisir Dalam beberapa organisasi kurangnya budaya pro-pembelajaran dapat menjadi penghalang untuk belajar. Untuk itu, penting dibentuk lingkungan yang di mana individu dapat berbagi belajar sehingga banyak orang dapat memperoleh manfaat dari pengetahuan. Struktur organisasi tradisional yang sangat hirarkis. Juga bisa menjadi sebuah penghalang untuk pengembangan visi bersama dan berbagi pengetahuan.
Perlawanan terhadap pembelajaran dapat terjadi dalam Organisasi Belajar jika tidak ada keyakinan yang cukup pada tingkat individu. Hal ini sering dihadapi oleh orang-orang yang merasa terancam oleh perubahan atau percaya bahwa merekalah yang akan paling kehilangan dengan adanya perubahan itu. Orang yang merasa terancam oleh perubahan yang cenderung menutup pikiran yang tidak bersedia untuk merangkul model mental yang baru. Pembelajaran juga dapat dilihat sebagai sesuatu yang elitist dan dibatasi untuk tingkatan senior dalam organisasi. Jika demikian, belajar tidak akan dilihat sebagai visi bersama. Jika pelatihan dan pengembangan adalah suatu kewajiban, ini dapat terlihat sebagai bentuk kontrol, dan bukannya suatu bentuk pengembangan pribadi. Pembelajaran dan penguasaan pribadi harus berupa pilihan, karena itu paksaan tidak akan berhasil.

Bagaimana Pemimpin Membangun Organisasi yang Belajar?

Organisasi pembelajar menggunakan prinsip kepemimpinan bersama untuk memaksimalkan sumber daya dan mengembangkan kapasitas kepemimpinan. Citra kepemimpinan di sini bergeser dari yang bersifat satu arah seperti peran sebagai ahli, pengarah, dan pengendali menjadi peran yang sifatnya katalis, pembagi informasi, dan pengatur informasi.
Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa di dalam dunia yang semakin dinamis, saling bergantung, dan tidak terduga seperti yang ada saat ini, tidak lagi dimungkinkan untuk satu orang di puncak untuk memikirkan segala sesuatunya. Daya tahan suatu organisasi semakin lama semakin bergantung pada kemampuannya untuk menjelajahi lingkungan baru dan menjawab tantangan yang berubah. Untuk itu beberapa peran berikut ini perlu dijalankan oleh pemimpin:
  • Merancang Budaya Belajar. Pembelajaran tidak akan dapat terjadi pada organisasi yang dirancang dengan buruk. Tugas pertama dalam merancang organisasi dimulai dari konsep pengaturnya yaitu visi, misi, dan nilai-nilai. Salah satu dari sedikit tugas pemimpin yang memiliki pengaruh yang bertahan lama adalah membangun misi dan nilai-nilai inti. Tugas berikutnya adalah menyusun kebijakan, strategi, dan struktur yang menerjemah visi, misi, dan nilai-nilai tersebut menjadi sebuah aktifitas. Tugas ketiga adalah menciptakan proses pembelajaran yang efektif di balik kebijakan, strategi, dan struktur yang dimaksudkan.
  • Membekali dengan pengetahuan. tugas ini berarti seorang pemimpin harus membantu semua orang termasuk dirinya sendiri dalam memperoleh masukan baru tentang realitas. Peran guru ini dimulai dengan mengungkapkan model mental yang tepat untuk isu-isu penting yang ada. Model mental ini adalah gambaran mental tentang bagaimana dunia bekerja yang berpengaruh besar terhadap cara kita memandang suatu permasalahan dan peluang, mengenali pilihan dan arah, serta membuat keputusan.
  • Memfasilitasi pembelajaran. “Pemimpin yang melayani adalah yang menjadi pelayan dahulu?” dimulai dengan keinginan untuk melayani dahulu. Pilihan sadar inilah yang mendorong seseorang untuk berkeinginan memimpin. Naluri pemimpin sebagai pengasuh beroperasi pada dua level berbeda yaitu: 1) mengasuh orang yang dipimpin, dan 2) mengasuh tujuan dan misi yang menjadi dasar organisasi.