Critical
Review on Journal:
Knowledge
Sharing Practices: Analysis of a Global Scandinavian Consulting Company
1. Identitas
Jurnal
Nama Jurnal : Electronic Journal of Knowledge Management
Nomor : Volume 4 Issue 2 2006 (109 -116)
Judul Jurnal : Knowledge Sharing Practices: Analysis of a
Global Scandinavian Consulting Company
Penulis : Aurilla Arntzen Bechina and Thommy Bommen
1. Deskripsi Jurnal :
Karena
lingkungan bisnis yang berubah sat ini, organisasi
menghadapi tantangan daya saing global. Selain itu, organisasi dihadapkan
lebih banyak dan lebih cepat tentang
isu-isu seperti
teknologi perubahan, siklus produk semakin
singkat, terjadi perampingan, dan volatilitas
pasar yang tinggi. Untuk mengatasi ini, tantangan organisasi adalah harus mampu
mengelola pengetahuan secara
terdistributif diversifikatif. Pengetahuan
adalah pusat tetapi
bahkan lebih dari
itu adalah pemahaman dari mengetahui proses, dan pembelajaran dan proses transfer/berbagi pengetahuan (Küpers, 2005, Apostolou,
1999). Perusahaan perlu
memahami dan memanfaatkan pengetahuan, menyadari isu penting untuk menciptakan
lingkungan kerja yang
mendorong mekanisme berbagi pengetahuan dan memperlajri kemampuan di dalam organisasi.
Hal ini juga diakui bahwa
berbagi pengetahuan merupakan
mekanisme sangat
kompleks untuk mempromosikan proses dalam organisasi(Allix, 2003).
Definisi pengetahuan adalah
"Pengetahuan adalah
keyakinan yang mampu
meningkatkan kapasitas individu untuk mengambil tindakan "(Ayer, 1956). Davenport (2000) mendefinisikan
pengetahuan sebagai "cairan campuran berbingkai pengalaman,
nilai informasi, kontekstual dan
wawasan ahli yang memberikan kerangka kerja untuk mengevaluasi
dan menggabungkan pengalaman baru dan
informasi ". Menurut (Brooking, 1999) pengetahuan didefinisikan "sebagai informasi dalam konteks dengan pemahaman untuk menerapkan pengetahuan itu. "
informasi ". Menurut (Brooking, 1999) pengetahuan didefinisikan "sebagai informasi dalam konteks dengan pemahaman untuk menerapkan pengetahuan itu. "
Tujuan
utama dari penelitian kami adalah untuk secara empiris menyelidiki
pengetahuan berbagi dan belajarmekanisme dalam konsultasi Skandinavia
duniaperusahaan. Studi awal kami didasarkan padafenomenologi pendekatan, yang
memeriksaberbagai struktur pengalaman mulai dari persepsi
aktivitas, sosial dan linguistik melibatkanmakna, komunikasi, pemahaman,
suasana hati, dll
(Banning, 1995).
Selanjutnya, penelitian bertujuan
untuk mengklasifikasikan,
menggambarkan, menafsirkan dan menganalisis struktur dari pengalaman
orang-orang untuk
generasi tertentu tentang
berbagi pengetahuan dengan mempertimbangkan kerangka dimensi organisasi
dan sosial. Tulisan
ini berfokus pada identifikasi
faktor organisasi yang berdampak pada proses berbagi pengetahuan dalam dan
antar-departemen di
sebuah perusahaan konsultan global Skandinavia.
sebuah perusahaan konsultan global Skandinavia.
Dalam penelitian ini dipilih pendekatan
empiris berdasarkan pengamatan
perilaku berbagi pengetahuan dan proses belajar individu dalam kelompok
mereka. pendekatan ini dalam konteks sosialdengan mencoba untuk
memahami fenomena sosial berdsarkan pengamatan. Selain itu, penelitian juga mengumpulkan
dan menganalisis
berbagai dokumen perusahaan termasuk laporan, catatan intern,
konten repositori pengetahuan,
dan makalah. Ini memberikan gambaran lebih komprehensif tentang proses berbagi
Pengetahuan. Pada
akhir investigasi empiris,
harus dapat menjawab secara global pertanyaan dasar penelitian: "Apa saja indikator yang memfasilitasi atau menghambat mekanisme berbagi pengetahuan? " Analisis dan interpretasi (Hermeneutika) dari data yang dikumpulkan mengacu pada keterampilan kognitif dan pemikiran para peneliti / pengamat (Agostini, 2000). Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut harus dilakukan untuk mengkonfirmasi atau menolak hasil penelitian ini.
harus dapat menjawab secara global pertanyaan dasar penelitian: "Apa saja indikator yang memfasilitasi atau menghambat mekanisme berbagi pengetahuan? " Analisis dan interpretasi (Hermeneutika) dari data yang dikumpulkan mengacu pada keterampilan kognitif dan pemikiran para peneliti / pengamat (Agostini, 2000). Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut harus dilakukan untuk mengkonfirmasi atau menolak hasil penelitian ini.
Berdasarkan temuan penelitian
diketahui bahwa faktor terpenting yang perlu
dipertimbangkan seperti pengetahuan bersama,
kualitas/relevansi, kecepatan transfer, pengirim dan penerima perspektif (kapasitas serap),
budaya, kepercayaan, motivasi, lingkungan kerja. Dalam konteks
perusahaan konsultan, telah teridentifikasi
dan diklasifikasikan
tiga jenis pengetahuan seperti eksplisit, tacit dan implisit. Berdasarkan
informasi dan data yang dikumpulkan melalui wawancara dan
observasi, diketahui bahwa
kurangnya atau sangat
sedikit kesempatan
pertukaran pengetahuan dan antar pekerja atau klien
untuk bertemu, bersosialisasi dan secara
formal membahas
topik yang menarik. Selain berdasarkan pengamatan,
analisis data mengidentifikasi
indikator penting
yang mempengaruhi proses berbagi pengetahuan, seperti sikap kepercayaan
pengirim dan penerima,
suasana hati, perilaku oportunistik. Indikator
ini dikelompokkan
sebagai "modal sosial" dari organisasi.
Indikator lain yang memainkan peran penting dalam mendorong
proses berbagi pengetahuan yaitu
terkait dengan penghargaan dan insentif. Dengan kata lain, dapat disimpulkan
bahwa factor penghambat utama dalam meingkatkan kinerja organisasi adalah
lemahnya budaya berbagi pengetahuan yang disebabkan oleh sedikitnya waktu dan
kesempatan bagai karyawan bertemu dan mendiskusikan hal-hal baru yang menarik
perhatian mereka.
2. Analisis/Review
Lembaga pendidikan atau perusahaan
bisnis termasuk lembaga konsultan seperti Global
Scandinavian Consultant Company, pada hakikat adalah sebuah organiasai. Namun
apakah organisasi tersebut dapat dikatakan sebagai organisasi belajar,
sangatlah tergantung kepada atribut dan karakteristik yang dimiliki oleh
organisasi tersebut. Organisasi Belajar adalah sebuah organisasi yang memiliki
atribut dan karakteristik tertentu (Garvin, 1993; Watkins dan Marsick, 1994,
Marquardt, 2002). Pendapat ini menunujukan bahwa sebuah organisasi akan
dianggap sebagai organisasi belajar bila memiliki atribut dan cirri tertentu.
Atribut yang dimaksud di sini adalah sejumlah praktek belajar yang terjadi
dalam organisasi tersebut, termasuk di antaranya bagaimana praktek berbagi
pengetahun yang terjadi dalam sebuah organisasi.
Banyak hal yang dapat mencirikan bahwa
sebuah organisasi belajar, di antaranya adalah bilamana berfungsinya
elemen-elemen organisasi belajar. Menurut (Hunt dan Morgon, 1996; Watkins dan
Marsicks, 1997), ada tiga elemen
organisasi belajar, yaitu 1) praktek belajar individu, 2) praktek belajar
kelompok, 3) praktek belajar organisasi. Selanjutnya Goh dan Richards (1997) juga menambahkan lima
elemen strategis LO, meliputi: (1)
kejelasan misi dan visi, (2) komitmen pemimpin dan pemberdayaan, (3)
eksperimentasi dan transfer motivasi (4) pengetahuan efektif, dan (5) pemecahan
masalah kelompok. Elemen kedua (praktek belajar kelompok) dan elemen ketiga
(praktek belajar organisasi), mengindikasikan betapa pentingnya berbagi
pengetahuan antara anggota bagi sebuah organisasi. Bahkan menurut hasil
penelitian Hishamudin dkk (2010: 10) dalam penelitiannya yangberjudul “Learning organization elements as
determinants of organizational performance of non-profit organizations (NPOs)
in Singapore” membuktikan bahwa elemen praktek belajar organisasi adalah yang
memiliki hubungan yang positif dan signifikan dalam meningkatlkan kinerja
organisasi non-profit (NPOs) di Singapura.
Menurut
Senge (1990:3), organisasi belajar adalah “… organizations where people
continually expand their capacity to create the results they truly desire,
where new and expansive patterns of thinking are nutured, where collective
aspiration is set free, and where people are continually learning to see the
whole together.” Teori Peter Senge ini mengindikasikan bahwa organisasi
adalah merupakan wadah bagi seseorang atau sekelompok orang secara terus menerus meningkatkan
kemampuannya untuk mewujudkan apa yang
mereka inginkan, merupakan wadah bagi pemikiran-pemikiran yang baru
dikembangkan, tempat mencurahkan aspirasi
individu dan kolektif, dan tempat orang secara terus menerus belajar secara bersama-sama.
Selanjutnya
Senge (1994:11) juga menyatakan bahwa “Building Shared Vision. If any one idea about leadership has
inspired organizations for thousands of years, it's the capacity to hold a
shared picture of the future we seek to create. One is hard pressed to think of
any organization that has sustained some measure of greatness in the absence of
goals, values, and missions that become deeply shared throughout the
organization”. Pernyataan
ini lebih menekankan kepada pentingnya berbagi pengetahuan (shared vision/sharing knowledge) antar
sesam anggota organisasi. Bila tidak terjadi berbagi pengetahuan dalam sebuah
organisasi, maka sesungguhnya tidak terjadi proses belajar dalam organisasi
tersebut dan tidak dapat dikatakan sebagai organisasi belajar. Jika kondisi ini
terjadi dalam sebuah organisasi, maka bagi organisasi tersebut akan sulit untuk
berkembang bahkan untuk bertahan sekalipun.
David Garvin’s dalam video yang
berjudul:
“Building A More Effective Learning Organization menyatakan bahwa sesungguhnya oraganisasi
belajar adalah “Improving What We Do and
How We do it”. Selanjutnya, dalam presentasinya ia pun menyatakan “doing what we want to do and doing what we
know”. Kedua pernyataan tersebut menggambarkan bahwa untuk mampu
meningkatkan dan mengetahui bagaimana kita melakukan sesuatu, dibutuhkan yang
namanya belajar. Melalui belajar dapat mengarahkan kita kepada peningkatan
prestasi kerja juda dapat membimbing kita untuk melakukan hal yang terbaik. Sebatas
mengetahui saja, belumlah mampu merubah kinerja kita, namun mengerjakan apa
yang kita ketahui dan membagikan pengetahuan tersebut kepada sesame anggota
organisasi akan membawa organisasi tersebut pada puncak kejayaannya (golden era). Atau dengan
kata lain, Organisasi
belajar pada hakikatnya adalah
mengetahui dan melakukan. Pertama-tama
adalah melakukan apa yang ingin kita lakukan, kemudian melaklukan apa
yang kita ketahui. Dengan kata lain,
organisasi belajar adalah tempat seseorang atau sekelompok untuk melakukan apa
yang ia ketahui, berbagi pengetahuan, mengelola pengetahuan, dan belajar secara
bersama-sama untuk meningkatkan kinerja organisasi
Marquardt (2002:236)
mendefinisikan organisasi belajar adalah “Learning
organizations are places where global success is more possible, where quality
is more assured, and where energetic and talented people want to be”. Dalam
pengertian ini organisasi belajar merupakan tempat orang untuk melakukan
kegiatan belajar secara bebas untuk memperbaiki keadaanya, sesuai dengan yang
ia inginkan. Dalam organisasi belajar memungkinkan orang untuk meraih
keberhasilan secara bersama-sama. Selanjutnya Marquardt (2002:211) memberikan
inspirsai tentang 16 langkah membangun organisasi belajar. Pada langkah ke-5
yaitu “komunikasikan visi dan organisasi belajar” dan langkah ke-8, yaitu “Merubah
budaya organisasi menjadi budaya belajar dan perbaikan terus menerus”, merupakan dorongan
kuat agar sebuah organisasi terus menerus melakukan perbaikan melaui mekanisme
belajar dan berbagi pengetahuan.
Reid Bates and Samer Khasawneh (2005:99) dalam
artikelnya yang berjudul Organizational learning culture, learning transfer
climate and perceived innovation in Jordanian organizations menyatakan bahwa “If an organizational learning culture is to lead to innovation and
long-term performance improvement, then the production and sharing of knowledge
must be accompanied by efforts at applying or transferring that knowledge in
ways that help the organization function more effectively”(International
Journal of Training and Development). Pernytaan ini secara spesifik
mengungkapkan bahwa betapa pentingnya budaya belajar, iklim transfer belajar
dan berbagi pengetahuan bagi sebuah organisasi. Karena dengan budaya dan iklim
belajar serta berbagi pengetahuan dalam sebuah organisasi dapat melahirkan
sebuah inovasi dan meningkatkan kinerja organisasi.
Selanjutnya,
berkaitan dengan kinerja organisasi, Durtina
(1984) menyarankan dua kunci ukuran kinerja, yang meliputi: (i) efektivitas
pelayanan dan program - sejauh mana program atau layanan dapat mencapai sasaran
yang tepat yaitu smasyarakat sesuai dengan tujuan, dan (ii) efisiensi
organisasi atau pengelolaan sumber daya untuk mencapai tujuan program atau
menghasilkan jasa. Pendapat ini mengisyaratkan bahwa sebuah organisasi belajar
mengutamakan efektivitas pelayanan dan efisiensi dalam pengelolaan sumber daya
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil penelitian di
atas, diketahui bahwa faktor terpenting yang perlu
dipertimbangkan bagi
sebuah organisasi adalah seperti;
pengetahuan bersama, kualitas/relevansi, kecepatan transfer, perspektif
pengirim dan penerima (kapasitas serap), budaya, kepercayaan, motivasi,
lingkungan kerja. Berdasarkan informasi dan data yang dikumpulkan
melalui wawancara dan observasi, diketahui bahwa
kurangnya atau sangat
sedikit kesempatan
pertukaran pengetahuan dan bertemu antar pekerja atau klien,
bersosialisasi dan secara
formal membahas
topik yang menarik
dapat menurunkan kinerja organisasi. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa
berbagi pengetahuan baik melalui saluran formal, informal ataupun nonformal
sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan budaya bealajar dan iklim belajar dalam
sebuah organsiasi.
3. Kesimpulan
Secara umum, penelitian membahas tentang
peranan praktek berbagi penegtahuan dalam sebuah perusahaan global konsultan di
Scandinavia. Secara spesifik, dapat disimpulkan bahwa peran berbagi pengetahuan
(sharing knowledge/shared vision) dalam sebuah organisasi sangatlah strategis.
Karena hal ini dapat mempengaruhi kinerja sebuah organisasi. Sebuah organisasi yang kurang memperhatikan
praktek berbagi pengetahuan baik antara pimpinan dan karyawan atau antar
karywan dapat menurunkan kinerja organisasi dan sangat sulit untuk
mengembangkan organisasi bahkan untuk bertahan sekalipun.
4. Referency
Amy HA
(2008). Leaders as facilitators of individual and organizational learning. Leader.
Org. Dev. J. 29(3):
Argyris
C, Schon D (1996). Organizational learning II: Theory, method, and practice.
Reading, M.A.: Addison-Wesley.
Küpers,
W., & Jäger, U., (2005) Knowing As A Processional Event In Organisations -
Inter-Relating Advanced- Phenomenology And Process-Philosophy For An
Integrative Research Agenda. The First Organization Studies Summer Workshop
on Theorizing Process in Organizational Research. Santorini, Greece.
Marquardt, M.J (2002) Building The Learning Organization. New
York : McGrav-hill
Reid Bates and Samer
Khasawneh,(2006), Organizational
learning culture, learning transfer climate and perceived innovation in
Jordanian organizations, International Journal of Training and Development 9:2
ISSN 1360-3736
Senge,
Peter M ( 2003) The Fifth Dicipline. The
Art and Practice of The Learning Organization, New York: Doubleday
Hi Kuryani!
BalasHapusThanks so much for your interesting articles. I wish you a great success in your study