ANOTASI 10 BUKU
1.
Goldsmith,
M. Morgan, H. & Ogg, A.J. (eds). (2004). Leading Organizational
Learning: Harneshing The Power of Knowledge.
San Fransisco: Jossey-Bass, (360 halaman)
Terkait
dengan cepatnya perubahan yang terjadi dalam organisasi itu sendiri, menurut Goldsmith
dkk, sangat penting bagi pimpinan organisasi untuk menentukan skala prioritas
dalam mengelola dan mengendalikan sebuah organisasi. Berbagai artikel yang
disajikan dalam buku ini berbicara banyak tentang beberapa pemikiran pemimpin
terkemuka di dunia, ide yang mereka cetuskan, konsep dan praktek dalam
organisasi belajar. Buku ini dikemas dalam beberapa bagian penting, antara
lain:
Memaparkan
tentang pemecahan alternatif masalah pengelolaan bisnis dengan strategi
pemindahan ide/gagasan. Pada bagian ini dikemukakan pembahasan tentang lima budaya organisasi dan dilema manajemen pengetahuan
yang berkaitan dengan lima
budaya tersebut. Goldsmith secara praktis menuliskan sepuluh langkah (pedoman)
untuk mengelola manajemen organisasi.
Menganalisis
secara rinci tentang proses kerja manajemen. Bagian ini dimulai dengan
pembahasan tentang era manajemen dan definisi tentang pengetahuan. Pada bagian
ini juga penulis memuat tulisan yang memperkenalkan pembaca
pada tiga bagian dari organisasi belajar, yaitu : 1) learning
capability, 2) generate, dan 3) generalize ideas with impact.
Bagian ini ditutup dengan tulisan yang mengemukakan ide tentang penerapan
teknologi informasi untuk pengembangan kepemimpinan.
Memuat berbagai pengalaman para pemimpin organisasi
yang meraih kesuksesan dengan berbagai masalah yang terintegrasi didalamnya.
Bagian ini memberikan pengetahuan tentang the four stage learning cycle,
meliputi : 1) knowing yang berisi tentang events, facts, figures,
dan data, 2) understanding yang berisi tentang seeing patterns,
3) thinking yang memuat creating assumptions, dan 4) learning yang
berisi applying dan changing assumptions.
Memuat
beberapa artikel yang memberikan pengetahuan tentang bagaimana sebuah
organisasi dapat berubah untuk menuju masa depan baru yang lebih baik. Secara
terperinci bagian ini mengulas tentang bagaimana hubungan antara konsultan
dengan klien dalam mengembangkan ide baru bagi kemajuan organisasi dengan
menerapkan lima
elemen, meliputi : 1) integrity, 2) competence, 3) client
versus self orientation, 4) familiarity, 5) risk. Bagian ini
diakiri dengan sebuah pembahasan mengenai mitos-mitos dan realitas manajemen
pengetahuan serta pembahasan tentng bagaimana organization learning
dapat bergerak menuju masa depan.
Mengupas
berbagai studi kasus dan contoh yang
dialami dalam organisasi belajar. Berbagai studi kasus yang disajikan pada
bagian ini merupakan bagian dari upaya menggali kemungkinan untuk dapat
menciptakan kepemimpinan organisasi belajar yang lebih baik. Tulisan dalam
bagian terakhir ini menjadi sangat menarik untuk dijadikan pelajaran karena
melibatkan berbagai contoh organisasi besar, mulai dari perusahaan sekelas
motorola sampai dengan wall street.
2.
Li
Lanqing. (2005). Education for 1.3 Billion. Beijing:
Pearson Education. (483 halaman)
Buku
ini merupakan hasil wawancara dengan Li Lanqing sebagai Wakil Perdana Menteri
Republik Rakyat Cina periode 1993-2003. Dalam jabatan tersebut, Li bertanggung
jawab untuk menjalankan reformasi pendidikan di RRC. Isi buku ini merupakan
refleksi terhadap apa yang telah ia lakukan selama masa jabatannya itu untuk
memajukan pendidikan di Cina. Buku yang sarat dengan konsep dan pemikiran
seorang anggota Dewan Nasional ini membicarakan tentang pentingnya pendidikan
dan penerapan konsep pendidikan di China. Buku ini disusun dalam
beberapa bagian, antara lain:
Membahas
tentang permasalahan pendidikan secara nasional dan berbagai isu penting yang
terkait dengannya, diantaranya masalah kesejahteraan guru dan pendanaan dalam
pendidikan. Reformasi dalam bidang pendidikan juga merupakan isu yang
dibicarakan dalam bagian ini.
Memaparkan
tentang perlunya menyusun sebuah pemikiran untuk menjadikan pendidikan sebagai
masalah utama yang perlu mendapat prioritas. Diskusi pembicaraan mengenai hal
ini mengarah pada usaha untuk menjadikan guru sebagai lembaga profesional yang
dilindungi oleh undang-undang. Gagasan baru yang dikemukakan pada bab ini
adalah perlunya membentuk persatuan guru dan membahas undang-undang yang dapat
melindungi komunitas guru.
Membahas
tentang tanggung jawab pemerintah dalam masalah pendidikan. Hal menarik yang
dikemukakan pada bab ini adalah pembahasan tentang komersialisasi pendidikan
merupakan permasalahan serius yang menghambat terjadinya pendidikan yang
berkualitas. Untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif, bab ini juga
memberikan gambaran pendidikan yang diselenggarakan di beberapa negara
tetangga, seperti Hongkong, Macao,
dan Taiwan.
Pembicaraan
lebih difokuskan pada pengelolaan sistem pendidikan di Perguruan Tinggi. Bab
ini secara terperinci membahas bagaimana seharusnya mengelola pendidikan tinggi
menjadi sebuah aset yang dapat menghasilkan kaum intelektual bermutu.
Menguraikan
tentang perkembangan pendidikan mulai dari tingkat dasar sampai pada tingkat tinggi.
Point penting yang diberikan penekanan pada bab ini adalah masalah kualitas
pendidikan. Peningkatan pendidikan bukan hanya pada banyaknya anak-anak yang
dapat belajar dalam satu sekolah, namun juga masalah kualitas yang dapat
dicapai untuk peningkatan pendidikan itu sendiri.
Membicarakan
tentang pendidikan yang terkait dengan orang dewasa dan pendidikan
kejuruan. Gagasan yang baru dalam bab ini adalah pembicaraan tentang
perlunya memberikan penekanan pada sekolah kejuruan untuk lebih berorientasi pada
orientasi kerja. Bagian ini jua membicarakan tentang pendidikan berkelanjutan
dan pendidikan berbasis masyarakat (school based society). membicarakan
berbagai ulasan yang dikemukakan oleh editor, sebagai apresiasi terhadap
berbagai pemikiran yang disajikan dalam beberapa sesi interview bersama
penulis.
3.
Nanus,
B. and Stepehen M. D. (1999). Leaders Who Make A Difference :
Essential Strategies for Meeting The
Nonprofit Challenge. San Francisco
: Jossey-Bass Publishers. (279 halaman)
Buku
ini merupakan tulisan yang memberikan gambaran secara komprehensif tentang
berbagai kiprah dan gerakan yang dilakukan oleh pemimpin-pemimpin terkenal
untuk membawa organisasinya menjadi sesuatu yang istimewa. Dalam
pandangan penulis, tidak ada yang lebih penting untuk meningkatkan kemampuan
organisasi dalam melayani anggota dan masyarakat selain meningkatkan
efektivitas kepemimpinan mereka. Untuk meningkatkan kepemimpinan organisasi,
buku ini memberikan arah bagaimana pendekatan para pemimpin yang efektif
terhadap pekerjaan mereka dan secara khusus bagaimana tindakan mereka
berkontribusi pada perbaikan manusia dalam masyarakat dalam organisasi yang
dipimpinnya. Buku dikemas dalam beberapa bagian penting, antara lain:
Memberikan
premis dasar tentang kepemimpinan dalam organisasi. Pada bab satu membicarakan
tentang definisi kepemimpinan, gambaran karakteristik, peran, dan kualitas para
pemimpin yang berhasil, dan bagaimana seorang pemimpin mendapatkan hak untuk
memimpin. Bagian ini juga membicarakan tentang berbagai usaha untuk mencapai
yang posisi kepemimpinn yang lebih baik dalam menyediakan kualitas layanan bagi
klien dan masyarakat. Selanjutnya menawarkan kerangka kerja konseptual yang
mengarah langsung ke langkah-langkah kepemimpinan dan efektivitas organisasi.
Pada pembahasan akhir dari bagian ini mendiskusikan tentang upaya memulai
menjadi seorang pemimpin, membangun hubungan baru, dan menetapkan nilai-nilai
dan harapan dalam organisasi.
Mendiskusikan
tiga peran penting bagi pemimpin dalam membangun organisasi yang kuat.
Bagian ini menyebutkan tiga bagian khas dari sebuah kepemimpinan yang
diharapkan, yaitu 1) pemimpin sebagai visioner, 2) pemimpin sebagai otak
strategi, dan 3) pemimpin sebagai agen perubahan. Bagian ini juga membicarakan
pentingnya visi, bagaimana merumuskan sebuah visi baru, dan bagaimana pemimpin
memainkan peran utama dalam menggerakan visi. Selanjutnya membicarakan tentang
komunikasi efektif yang seharusnya dibangun oleh seorang pemimpin organisasi.
Bagian kedua buku ini ditutup dengan tulisan yang mengeksplorasi peran pemimpin
sebagai agen perubahan dalam mengubah organisasi dan membangun masyarakat.
Membicarakan
berbagai hal yang diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan sebuah
organisasi. Pada bagian ini tulisan diarahkan pada tiga fungsi pemimpin, yaitu
1) pemimpin sebagai pelatih, 2) pemimpin sebagai politisi, dan 3) pemimpin
sebagai juru kampanye. Bagian ini juga mengemukakan tentang pentingnya hubungan
antara pemimpin dan staf. Selanjutnya menunjukkan bagaimana pemimpin bertindak
sebagai seorang politikus, advokat, troubleshooter, dan juru bicara bagi
organisasi yang berurusan dengan berbagai stakeholder dan kepentingan. Bagian
ini ditutup dengan membicarakan peran pemimpin sebagai juru kampanye dalam
mengembangkan dan mempertahankan organisasi.
Mendeskripsikan bagaimana seorang
pemimpin membuat perbedaan nyata dalam masyarakat. Bagian ini memberikan arahan
bagaimana melakukan akuntabilitas dan ukuran yang dapat menggambarkan
berbagai jenis penilaian yang dapat digunakan untuk menilai kinerja para
pemimpin organisasi dan organisasi mereka. Buku ini ditutup dengan pembahasan
mengenai posisi pemimpin sebagai jembatan ke masa depan yang dapat
meninggalkan warisan untuk kepentingan organisasi dan orang-orang yang akan
mengikutinya.
4.
Marquardt,
M. J. (1996). Building The Learning Organization.
New York : McGraw-Hill. (242 halaman)
Buku
ini berisikan pengalaman praktis dan
partisipasi aktif penulis pada lebih dari 50 organisasi belajar di
seluruh dunia. Dalam buku ini, diperkenalkan enam kemampuan belajar dalam
organisasi belajar, yang disebut penulis dengan learning skills, yaitu
1) system thinking, 2) personal mastery, 3) team learning,
4) shared vision, 5) mental model, dan 6) dialogue. Dari
keenam kemampuan belajar tersebut memberikan inspirasi kepada penulis untuk
memperkenalkan lima
dimensi untuk menggerakan organisasi belajar, yaitu 1) learning, 2) organization,
3) people, 4) knowledge, dan 5) technology. Buku ini
menyajikan bagian-bagian yang diperlukan dari setiap dimensi itu dan memberikan
gambaran yang utuh tentang bagaimana bagian-bagian dari dimensi itu saling
berinteraksi dan melengkapi satu sama lain. Buku ini dibagi ke dalam beberapa
bagian penting, antara lain:
Menyajikan
pembahasan tentang perubahan sosial (social change), politik dan
kekuatan ekonomi yang merupakan harapan baru bagi kalangan pekerja dan
masyarakat terhadap timbulnya oranisasi belajar. Penulis memperkenalkan
totalitas model organisasi belajar dengan gambaran dan sinopsis singkat dari lima sub sistem model
organisasi belajar, termasuk interaksi dan hubungan dari masing-masing sub
sistem tersebut.
Mengupas
lebih mendalam tentang dimensi, prinsip, praktek, dan cita-cita dari kelima sub
sistem. Pada bab ini juga penulis memperkenalkan lima tipe belajar dalam organisasi, yaitu :
1) adaptive learning, 2) anticipatory learning, 3) deutero
learning, 4) action learning, dan 5) principles and skills of
action learning. Penulis memberikan penawaran tentang transformasi
organisasi melalui empat sub sistem organisasi, yaitu visi, budaya, strategi,
dan struktur organisasi.
Bagian ini merupakan bagian yang memberikan sajian tentang upaya
memberdayakan organisasi belajar melalui beberapa pengalaman organisasi besar,
seperti Honda dan Whirlpool. Bagian ini juga memberikan sepuluh konsep
strategis untuk pemberdayaan manusia dalam organisasi belajar.
Merupakan
bagian yang penting karena memuat tentang konsep pengetahuan manajemen dan
kekuatan teknologi dalam organisasi belajar. Penulis mempekenalkan sub sistem
pengetahuan yang meliputi 1) acquisition, 2) creation, 3) storagedan
4) transfer dan utilization.
Pada Tiga bagian terakhir penulis
menyediakan ruang kepada pembaca untuk membuat kerangka pemikiran dalam
membangun sebuah organisasi belajar. Untuk tujuan itu, yaitu menyajikan 16 langkah sistematis
untuk membangun sebuah organisasi belajar, merupakan bagian yang menyajikan contoh
kongkrit tentang perjalanan sebuah organisasi belajar untuk meraih sukses.
Contoh kongkrit yang ditampilkan pada bagian ini adalah yang dialami oleh Rover
group, dan memberikan pengetahuan tentang 10 faktor yang
dapat memfasilitasi dan menunjang keberlangsungan sebuah organisasi belajar,
yang ditulis pada bab sepuluh.
5.
Senge,
P. et al.(2000). Schools That Learn:A Fifth Discipline
Fieldbook for
Educators, Parents, and Everyone
Who Cares About Education. New York:
Doubleday. (592 halaman)
Buku
ini dikemas untuk mengungkapkan tentang apa bagaimana mewujudkan sekolah dapat
menjadi sebuah organisasi yang dapat membelajarkan dengan melibatkan peran
serta aktif dari berbagai komponen yang seharusnya berperan dalam organisasi
itu, mulai dari siswa, orang tua, guru, tenaga administrasi, dampai dengan
kalangan bisnis. Buku disusun dalam beberapa bagian utama, yaitu:
Pembahasan
awal tentang lima
disiplin. Penulis memperkenalkan sebuah pemikiran utama yang ada dalam
organisasi belajar, yang disebutnya dengan 5 disiplin, yaitu 1) personal
mastery, 2) mental models, 3) shared vision, 4) team
learning, dan 5) system thinking. Dalam pemikirannya, penulis
melihat bahwa kelima disiplin ini merupakan satu kesatuan yang memiliki peran
yang sama pentingnya. Kelima-limanya merupakan core (inti) dari sebuah
organisasi belajar.
Membahas
tentang permasalahan yang berhubungan dengan keberadaan ruang kelas. Dibagian
ini, penulis memberikan ide tentang bagaimana mendesain sebuah pembelajaran
ruang kelas dengan melalui 8 langkah, mulai dari perancangan sampai
dengan melakukan percobaan. Bagian ini ditutup dengan pembahasan mengenai
berfikir secara sistem dalam mengelola organisasi belajar. Ide yang membahas
tentang sistem belajar untuk jangka panjang dan sistem belajar yang ada dalam
ruang kelas yang ditulis pada bagian ini merupakan hal yang penting untuk
didiskusikan. Untuk melengkapi pemahaman tentang topik itu, penulis menyajikan mapping
mental model yan diharapkan dapat memberikan kerangka erfikir untuk mengelola
sebuah ruang kelas yang dinamis dan dapat membelajarkan.
Pembicaraan
difokuskan pada bagaimana menciptakan sekolah yang membelajarkan. Pada bagian
ini, dibahas tentang visi sekolah dan bagaimana merealisasikan visi untuk dapat
menjadi bagian dari komunitas yang ada dalam organisasi sekolah. Pada
satu tulisan, baian ini menyajikan tentang lima langkah scenario efektif yang sebaiknya
dilakukan oleh sekolah untuk mempersiapkan kemungkinan masa depan dari sekolah
tersebut. Di akhir bagian, dikemukakan topik tentang kepemimpinan (leadership),
dengan pembahasan tentang bagaimana menuju sebuah model baru dalam kepemimpinan
belajar. Untuk menggapai model baru itu, penulis memberikan empat kategori,
yaitu 1) engagement, 2) system thinking, 3) leading learning,
dan 4) self-awareness.
Mengkaji
tentang bagaimana menggambarkan komunitas yang membelajarkan dalam organisasi
belajar. Beberapa ide-ide cemerlang dibicarakan secara detil untuk
mencapai keberhasilan dalam mengelola organisasi belajar, misalnya dengan
tulisan yang membahas tentang pentingnya koneksi antara para orang tua, seperti
yang dicontohkan pada sebuah lembaga St. Martin di Paris. Bagian ini juga
membahas tentang pentingnya peran siswa dalam komunitas sekolah, yang disebut
dengan istilah childen as leaders. Kecenderungan itu tersaji dalam
tulisan yang menggambarkan tentang pergerakan anak-anak di Kolombia untuk
perdamaian. Bagian ini ditutup dengan sebuah tulisan yang memberikan refleksi,
sejauhmana kita dapat mengukur dan mengetahui organisasi sekolah kita telah
menjadi organisasi belajar atau belum.
6.
Shelton, K. (ed). (1997). A New Paradigm of Leaership:
Visions of Excellence for
Century Organizations.
Provo: Executive Excellence Publishing. (261 halaman)
Buku
ini merupakan kumpulan tulisan yang mengungkapkan tentang pemikiran terbaik
dalam masalah kepemimpinan. Sesuai dengan judulnya, buku ini memberikan
inspirasi yang komprehensif untuk membicarakan sebuah paradigma baru dalam
kepemimpinan. Selanjutnya, buku ini disusun ke dalam beberapa bagian penting,
antara lain:
Membicarakan
tentang masalah kepemimpinan yang terkait dengan perubahan waktu memasuki abad
21 yang memiliki dampak perubahan berbagai bidang. Pada bagian ini, dikemukakan
ide tentang format kepemimpinan terbaik diabad 21. Menurut penulis, untuk dapat
menjadi pemimpin terbaik diabad ini, ada lima hal yang harus menjadi ekspektasi
khusus, yaitu 1) set vision and mission, 2) think, 3) keep
promises and tell the truth, 4) be mutually accountable, dan 5) expect
financial health and solvency from each other.
Pembahasan
terfokus pada kunci keberhasilan sebuah kepemimpinan, yaitu kualitas. Bagian
ini memberikan ekspektasi situasional kepemimpinan dengan berbagai keadaan yang
dapat menjadikan sosok pemimpin yang teruji dalam berbagai keadaan. Bagian ini
juga mengetengahkan ide tentang 14 komponen standar untuk melihat peranan
pemimpin setelah melakukan transformasi ide dalam mengatur
anggotanya.Kepemimpinan akan dapat berjalan secara efektif jika terjadi
hubungan personal yang seimbang antara pemimpin dan pengikut.
Membicarakan
secara terperinci mengenai pemimpin dan pengikut, mulai dari kedudukan pemimpin
sebagai model, sampai dengan pemimpin sebagai pelayan, yang dapat memberikan
layanan prima untuk para pengikutnya. Membicarakan tentang jiwa kepemimpinan,
sebagai suatu hal yang mutlak harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Bagian ini
mengungkapkan bahwa selain harus memiliki kemampuan secara intelektual
(kognitif), seorang pemimpin masa depan juga seharusnya memiliki kemampuan yang
tinggi dalam mengelola emosional, moral, dan spririt kepemimpinan. Untuk
memberikan pengetahuan yang lebih lengkap terhadap paradigm kepemimpinan secara
utuh, bagian ini juga membicarakan kepemimpinan dalam militer, sebagai
pembanding terhadap kepemimpinan sipil yang telah dibahas secara mendalam dalam
buku ini.
7.
Law,
S and Glower,D. (2000). Educational Leadership
and Learning.
Buckingham: Open University Press. (305 halaman)
Buku
ini lebih difokuskan pada pemikiran terhadap tujuan-tujuan praktis dengan
berorientasi dari berbagai pengalaman yang diperoleh oleh penulis dari berbagai
sumber dan banyak sekolah (lembaga pendidikan). Titik tolak pemikiran dari buku
ini adalah munculnya otonomi profesional sebagai isu sentral yang pada akhirnya
memberikan perspektif baru yang melahirkan istilah manajemen publik baru dalam
kepemimpinan belajar. Pada saat berbicara mengenai kepemimpinan, hal yang
difokuskan dalam buku ini adalah strategi kepemimpinan, bukan semata-mata hanya
pada gaya
kepemimpinan. Buku ini disusun ke dalam beberapa bagian penting, yaitu:
Penulis
menyajikan kerangka pemikiran untuk mengamati berbagai hubungan yang terjadi
antara tiap individu, kelompok, dan organisasi secara keseluruhan. Bagian ini
terdiri atas Bab 1 sampai dengan Bab 5. Pada bagian ini membahas tentang
gambaran singkat mengenai garis hubungan yang terjadi dalam konteks sosial,
politik, dan pendidikan dalam manajemen belajar. Selanjutnya dibahas juga
kerangka tugas dan tanggung jawab dalam organisasi pendidikan. Berikutnya
secara terperinci membahas tentang sifat tanggung jawab dan peran individu
dalam pengelolaan manajemen. Selain itu dibahas juga konsep yang diperiksa dan
diteliti secara mendalam. Bagian ini ditutup dengan pembahasan tentang
bagaimana menilai kerja tim dan bagaimana melihat kinerja tiap individu,
kelompok, dan tim bekerja dalam konteks perubahan organisasi belajar.
Membahas
tentang perubahan dan belajar. Bagian kedua ini dibahas dalam bab 6 sampai
dengan bab 10. Bagian ini menjadi pilihan penulis karena menyadari bahwa proses
manajemen seringkali dapat dipengaruhi oleh kekhawatiran dan isu-isu yang tidak
dapat diatasi dengan cara yang sederhana. Pada bagian ini membicarakan
tentang sistem komunikasi yang efektif. Selanjutnya membahas tentang konsep
budaya organisasi dan pengembangan kelembagaan yang efektif. Penulis juga
membicarakan tentang tinjauan strategi dalam mengelola perubahan. Berikutnya
membicarakan tentang peningkatan efektifitas sekolah. Bagian ini diakhiri
dengan membicarakan tentang kemungkinan organisasi belajar menjadi sebuah
kenyataan dalam lembaga pendidikan.
Membicarakan secara rinci tentang
tugas dan tanggung jawab dalam kepemimpinan belajar. Pada bagian ini
membicarakan tentang perilaku kreatif, inovatif dan produktivitas dari sebuah
manajemen. Pembahasan itu dilanjutkan pada masalah-masalah yang berkaitan
dengan pemanfaatan sumber daya, keuangan, dan strategi pengelolaan untuk
maksimalisasi kepemimpinan belajar dalam sebuah organisasi. Selanjutnya buku
ini diakhiri dengan membahas tentang sifat perubahan kemitraan dan pengembangan
profesional untuk kesuksesan masa depan pribadi dan organisasi
8.
Kasali,
R. (2006). Change. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Umum. (456 halaman)
Di
dalam buku ini penulis ingin menyampaikan bahwa hidup ini selalu berubah dan
untuk menghadapi perubahan itu, kita diminta untuk belajar terus menerus. Dalam
buku ini penulis menyampaikan filosofi perubahan yang dia mulai dengan
memaparkan kenapa kita harus berubah dengan melihat sejarah kehidupan
orang-orang atau bangsa-bangsa seperti yang disampaikan oleh Evelyn Waugh bahwa
“Change is only evidence of live”, dan perubahan itu dapat dimulai dari
seorang pemimpin seperti yang disampaikan oleh Napoleon Bonaparte “a leader
is a dealer in hope”. Penulis menyusun buku ini ke dalam beberapa bagian
penting, antara lain:
Mendiskusikan “Filosofi, Sejarah, dan Konsep Dasar Perubahan”.
Secara filosofi penulis menyampai mengapa kita harus berubah, disampaikan
juga beberapa sejarah kerajaan nusantara yang selalu diwarnai dengan
perubahan dan juga disampaikan sejumlah teknik membaca perubahan. Manusia
yang hidup akan selalu berubah, hari ini ia adalah seorang bayi yang hidupnya
tergantung orang lain, esok ia adalah makhluk kecil yang jatuh bangun belajar
berjalan, lalu ia berlari, setelah itu ia menjadi makhluk dewasa yang
menghadapi berbagai persoa5an. Kadang tertawa, senang, tapi kadang sedih dan
menangis.
Membahas tentang bagaimana “Melihat dan Memercayai
Perubahan”. Disini penulis menyampaikan bagaimana seorang pemimpin
perubahan melakukan berbagai teknik kontras untuk meyakinkan para
pengikutnya untuk memercayai, bergerak dan menyelesaikan perubahan.
Melihat perubahan tentu berbeda dengan melihat benda-benda yang kasat mata. Perubahan
adalah sesuatu yang tidak mudah dibaca. Berbagai kemungkinan dapat saja terjadi
dalam perubahan karena itu seorang pemimpin dapat di ibaratkan sebuah mata, ia
bukanlah sekedar seseorang yang bergerak secara acak, melainkan seseorang yang
melihat secara visoner, sesuatu yang tidak kelihatan atau belum kelihatan oleh
banyak orang. Pemimpin mampu melihat mana yang benar-benar bergerak mana yang
tidak.
Membicarakan bagaimana “Memulai Perubahan”. Penulis memulai dengan
analisis turnaround yaitu analisis untuk menyelamatkan organisasi yang masih
punya peluang untuk selamat, lalu dijelaskan bagaimana meluluh lantakan
kompleksitas yang ada agar organisasi lebih mudah bergerak secara simple untuk
kemudian dijelaskan bagaimana mengajak pengikut untuk berorientasi pada
tindakan.
Memdiskusikan bagaimana “Mengubah Budaya Korporat”.
Bagian yang tidak ringan lainnya dalam melakukan perubahan adalah mengubah
nilai-nilai dasar, asumsi, dan kepercayaan yang dianut banyak orang dalam
sebuah institusi. Tranpormasi nilai-nilai, lalu bagaimana menyatukan
nilai-nilai dalam subkultur dan bagaiman cara memperkuatnya. Setiap perubahan
membawa nilai-nilai baru. Nilai-nilai itu dapat dibawa generasi baru atau dapat
juga dibentuk oleh keadaan yang berasal dari luar organisasi. Jika nilai-nilai
baru itu berbeda dengan yang dikehendaki organisasi maka akan terjadi
evolusi nilai-nilai.
Mempresentasikan
bagaimana
“Membuat Pesta Perubahan”. Dua konsep penting yang ditawarkan
dalam melalui perubahan yaitu bagaimana menciptakan pesta perubahan dan
bagaimana mengelola harapan. Mahatma Gandhi mengatakan “Bahagia
adalah ketika apa yang engkau pikir, apa yang engkau katakan dan apa yang
engkau kerjakan berada dalam keadaan yang harmonis”. Harapan dan
realitas adalah dua hal yang selalu terjadi pada manusia, tetapi pengalaman dan
pengetahuanlah yang membentuk ekspektasi. Oleh sebab itu meski sebagaian besar
orang memiliki harapan yang realistis, masih banyak orang yang menaruh
eskpektasi terlalu tinggi. Eskpektasi dan harapan akan menimbulkan kekecewaan
atau kepuasan manakala ia bertemu dengan realitas
9.
Cunningham,
W. G. & Cordeiro, P. A. (2003).
Educational Leadership : A Problem
Based Approach.
Boston, MA : Allyn & Bacon. (412 halaman)
Buku
ini lebih fokus kepada isu-isu yang terkait dalam kepemimpinan belajar.
Kepemimpinan Belajar merupakan sebuah pendekatan dalam pembelajaran yang
membahas secara komprehensif masalah-masalah yang berkaitan dengan administrasi
belajar. Selanjutnya, buku dikemas ke dalam beberapa bagian utama, yaitu:
Membahas
teori administratif dan tanggungjawab kepemimpinan, dimulai dengan kepemimpinan
dalam pendidikan, modal manusia dan basis pengetahuan yang terakumulasi,
pengetahuan dan proses administratif, administrative platform, serta basis
pengetahuan dalam administrasi pendidikan.
Membahas
konteks dan perspektif untuk para pemimpin pendidikan. Hal-hal yang dibahas
dalam bab ini adalah mulai dari pengetahuan konteks, konteks yang luas dan
kompleks, asal-usul pendidikan, pencapaian target nasional, tahun 1990 dan setelahnya,
permintaan teknologi baru, respond dan peran negara bagian serta tantangan di
abad 21.
Membahas
tentang reformasi sekolah. Ada suatu usaha untuk membuat budaya belajar yang
menyediakan forum, dan forum tersebut diatur oleh prinsip-prinsip pembelajaran
yaitu (1) personalized, flexible and coherent, (2) internally and externally
connected, (3) rich in information and flexible and diverse learning
experiences, (4) intergenerational in the configuration of learning
experiences, (5) grounded in collaborative inquiry, (6) focused on complex
cognition, problem finding and problem resolution.
Membahas
tentang keragaman budaya dan hubungan komunitas. Sejumlah faktor sosial dan
budaya mempengaruhi pembelajaran anak-anak. Hal-hal tersebut adalah etnis, kelas
sosial, jenis kelamin, ketidakmampuan, keluarga, lingkungan rumah dan bahasa
dan kesemuanya itu akan lebih baik jika dimengerti oleh para pendidik.
Membahas
tentang struktur organisasi distrik sekolah dan kepemimpinan mulai dari peranan
lokal, divisi sekolah lokal, dewan sekolah, divisi sekolah tingkat atas,
operasi-operasi kantor pusat, serta administrator sekolah. Membahas
tentang kepemimpinan sekolah yang berhasil. Dalam bab ini mencakup penilaian
karakteristik pemimpin, paradigm kepemimpinan, analisis instrument
kepemimpinan, teori terkini tentang kepemimpinan, praktisi yang reflektif,
serta kepemimpinan kepemimpinan.
Membahas
Dimensi Moral dan Etika Kepemimpinan. Kesimpulan dari bab ini adalah bahwa
Kepemimpinan Pendidikan melibatkan nilai, moral dan etika. Tujuan dari
pendidikan dalam abad 21 adalah untuk merefleksikan perubahan konteks
organisasi pendidikan.
Membahas
tanggungjawab kepemimpinan utama yang berhubungan dengan kurikulum, pengajaran,
dan pengembangan program. Dihadirkan masalah bagaimana pemimpin pendidikan
menilai ‘kelebihan dan kekurangan’ dari suatu kurikulum.
Membahas
mengenai pelayanan personal siswa. Pada kesimpulannya dikatakan bahwa banyak
program dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan social, emosional dan afektif
siswa.
Membahas
Manajemen Sumber Daya Manusia. Disini ditampilkan masalah-masalah dari
staf, sehingga pokok bahasan yang ditampilkan adalah bagaimana caranya agar
tidak timbul masalah dari para staf.
Membahas
Isu hukum dan kepatuhan; dengan menampilkan masalah seandainya ‘tidak mengikuti
kebijakan dewan sekolah’, dengan melemparkan pertanyaan apa yang akan dilakukan
bila pembaca adalah kepala sekolah.
Membahas Keuangan dan Pelayanan.
Pada kesimpulannya dikatakan bahwa administrator sekolah harus mempunyai
pengetahuan dasar bagaiman mendanai sekolah. Bagian akhir dari pembahasan
dibuku ini, dan ikhtisar disajikan secara
singkat tentang hal-hal yang berkaitan dengan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning) dari dua orang ahli, yaitu Ed Bridges dari Stanford
University dan Philip Hallinger dari Vanderbilt University. Bab ini juga
diperkaya dengan bagaimana mengolah kemampuan tim secara utuh disertai tulisan
mengenai lima
proyek Pembelajaran Berbasis Masalah
10.
Fulmer, R. M. and Goldsmith,M. (2001).
The Leadership Investment. New York
: Amacom. (334 halaman)
Isi
buku ini merupakan hasil penelitian panjang yang dilakukan oleh akademisi dan
praktisi yang tertarik untuk mengetahui konteks seperti apa yang dibutuhkan
oleh kepemimpinan dimasa yang akan datang. Sajian dalam buku ini bertolak dari
sebuah premis bahwa kegiatan pembelajaran merupakan satu-satunya sumber
yang akan membawa perubahan yang berkelanjutan pada kehidupan global. Investasi
pendidikan mengalahkan keunggulan investasi uang, waktu, dan energi kehidupan global. Buku ini disusun ke dalam
beberapa bagian penting, antara lain:
Mengemukakan
konteks keuntungan yang dapat diperoleh dari program pengembangan kepemimpinan.
Memberikan ide pembahasan tentang pencarian kualifikasi kepemimpinan melalui
proses pelatihan. Pada bagian ini penulis memberikan contoh pelatihan yang
dapat menghasilkan kualifikasi kepemimpinan yang diinginkan, seperti program
pengembangan kepemimpinan Anderson
partner (PDP).
Menyajikan
gambaran investasi yang mengalami perkembangan yang berhasil melalui sebuah
proses kepemimpinan yang baik. Penulis pada bagian ini memberikan ikhtisar
tentang bagaimana komitmen yang dijalani oleh Hewlett-Package Company (HP). Mengemukakan
tiga komitmen dasar, yaitu 1) komitmen terhadap kredo, 2) komitmen terhadap
manajemen yang desentralisasi, dan 3) komitmen terhadap rencana jangka panjang.
Memfokuskan pembicaraan pada pentingnya melakukan investasi. Pada bagian ini
juga disajikan analisis perubahan budaya dalam perbankan dengan membandingkan
antara church model dengan learning organization model.
Membahas tentang pengembangan kepemimpinan dari
berbagai aspek, seperti pelatihan, mentoring dan pembekalan. Memberikan
gambaran secara detil tentang perubahan yang dibuat oleh
universitas-universitas terkemuka didunia dalam manajemen kepemimpinan. Membahas
tentang kreativitas kepemimpinan dan organisasi belajar yang melibatkan
keikutsertaan masyarakat sebagai partner. Sebagai penutup, buku ini diakhiri
dengan tulisan mengenai bagaimana mensinergikan 5 perkembangan strategis dalam
kepemimpinan, yang meliputi 1) awareness, 2) anticipation, 3) action,
4) alignment, dan 5) assesment.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar